Toleransi risiko adalah ukuran seberapa besar risiko yang bersedia Anda ambil dalam menginvestasikan uang Anda demi potensi keuntungan yang lebih tinggi. Hal ini mengukur kesiapan Anda untuk menghadapi kemungkinan kerugian guna memperoleh hasil yang lebih besar.
Toleransi risiko yang tinggi menunjukkan bahwa Anda adalah investor agresif, siap mengambil risiko besar untuk keuntungan yang lebih tinggi.
Sebaliknya, toleransi risiko rendah menandakan bahwa Anda cenderung konservatif dan lebih memilih untuk menjaga modal tetap aman meski dengan imbal hasil yang lebih kecil.
Namun, tidak semua investor berada di kedua ekstrem ini. Banyak yang memiliki toleransi risiko sedang, menyeimbangkan antara risiko dan keamanan modal.
Penting untuk memahami dan menentukan tingkat toleransi risiko Anda sebelum mulai berinvestasi, karena ini akan mempengaruhi strategi investasi dan pilihan aset yang sesuai dengan profil Anda.
Berikut beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan saat menentukan toleransi risiko Anda:
1. Proporsi Investasi terhadap Kekayaan Bersih Anda
Jumlah uang yang Anda alokasikan untuk investasi, dibandingkan dengan total kekayaan bersih Anda, sangat memengaruhi toleransi risiko Anda.
Misalnya, jika Anda berencana menginvestasikan 75% dari seluruh kekayaan Anda, Anda mungkin cenderung lebih konservatif karena mempertaruhkan sebagian besar dana yang Anda miliki.
Sebaliknya, jika Anda hanya menginvestasikan 5% dari kekayaan Anda, toleransi risiko Anda bisa lebih tinggi karena dampaknya terhadap keseluruhan kekayaan Anda lebih kecil.
2. Tujuan Keuangan Anda
Tujuan investasi sangat memengaruhi seberapa besar risiko yang bersedia Anda ambil. Jika Anda berada di usia paruh baya dan fokus mengumpulkan dana pensiun, Anda mungkin lebih agresif dalam berinvestasi untuk mencapai target finansial Anda.
Di sisi lain, jika Anda masih muda dan memiliki waktu yang lebih panjang untuk membiarkan investasi tumbuh, Anda mungkin memilih pendekatan yang lebih konservatif dan stabil.
3. Usia dan Waktu Anda
Umur adalah faktor penting dalam menilai toleransi risiko. Jika Anda sudah mendekati usia pensiun, Anda mungkin lebih memilih investasi yang aman karena kehilangan modal di usia lanjut bisa sulit diperbaiki.
Sebaliknya, seorang investor yang berusia 20-an masih memiliki banyak waktu untuk pulih dari kerugian, sehingga dapat menerima risiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan potensi imbal hasil yang lebih besar di masa depan.
4. Reaksi Emosional terhadap Kerugian
Toleransi risiko juga berkaitan erat dengan bagaimana perasaan Anda terhadap uang dan bagaimana Anda bereaksi terhadap fluktuasi pasar.
Misalnya, jika nilai investasi Anda turun, apakah Anda akan tetap tenang dan menunggu pasar pulih, atau langsung panik dan menjual aset? Jika Anda cenderung panik dan cepat menjual saat harga turun, mungkin Anda memiliki toleransi risiko yang rendah.
Sebaliknya, jika Anda dapat bertahan dan melihat perkembangan jangka panjang, Anda mungkin memiliki toleransi risiko yang lebih tinggi.
5. Pendampingan dari Penasihat Keuangan
Penasihat keuangan, perencana, atau pialang saham Anda dapat membantu menilai tingkat risiko Anda dan menyarankan strategi investasi yang sesuai.
Mereka akan mempertimbangkan usia, tujuan keuangan, dan reaksi emosional Anda terhadap fluktuasi pasar untuk membantu memilih instrumen investasi yang cocok dengan profil risiko Anda.
Toleransi risiko tidak hanya soal jumlah uang yang Anda relakan untuk dipertaruhkan, tetapi juga terkait dengan bagaimana Anda merespons dinamika investasi dan bagaimana investasi tersebut sesuai dengan tujuan finansial Anda.
Mengetahui tingkat toleransi risiko adalah bagian penting dari strategi investasi yang sukses, tetapi itu hanyalah salah satu dari banyak faktor yang perlu dipertimbangkan.
Pastikan Anda mendapatkan informasi yang lengkap dan melakukan riset mendalam sebelum membuat keputusan investasi yang besar.